PROLOG – G30S
/ PKI berhasil ditumpas dan bukti pemberontakan telah mengarah pada PKI (Partai
Komunis Indonesia), sehingga partai ini dituduh sebagai tersangka atas insiden
ini. Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat kepada PKI, sehingga terjadi
demonstrasi untuk menuntut pembubaran PKI, dan tokoh PKI juga harus diadili.
8 Agustus 1965 –
(1 minggu setelah peristiwa pemberontakan G30S / PKI) Mahasiswa Universitas
Indonesia membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) untuk menuntut
pertanggungjawaban PKI. Kemudian diikuti oleh berdirinya Kesatuan Aksi Pelajar
Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi
Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), Kesatuan Aksi
Guru Indonesia (KAGI), dan sebagainya, yang tergabung dalam Front Pancasila.
Setelah itu, terjadi aksi main hakim sendiri yang menewaskan kurang lebih
600.000 jiwa atas tokoh-tokoh PKI.
14 Oktober 1965
– Untuk mengisi kekosongan Angkatan Darat, Panglima Kostrad / Pangkopkamtib
Mayjen Soeharto diangkat sebagai Menteri / Panglima Angkatan Darat. Saat itu
juga, dilakukan tindakan pembersihan terhadap segala unsur PKI.
8 Januari 1966 –
Gabungan Kesatuan Aksi Front Pancasila menuju ke Gedung Sekretariat Negara
dengan mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah tidak dapat
dibenarkan.
12 Januari 1966
– Front Pancasila berkumpul di halaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat – Gotong Royong
(DPR-GR) untuk mengajukan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya adalah :
1.
Bubarkan PKI serta
ormasnya.
2.
Bersihkan kabinet Dwikora
dari unsur PKI.
3.
Turunkan harga-harga
(barang dan jasa).
(Ingat “Buberturga” (Bubarkan, bersihkan,
turunkan harga) untuk mempermudah penghafalan)
15
Januari 1966 – Diadakan sidang
paripurna Kabinet Dwikora di Istana Bogor yang dihadiri juga oleh wakil
mahasiswa. Soekarno menuduh aksi mahasiswa dipengaruhi oleh Central
Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat.
21
Februari 1966 – Soekarno mengumumkan
perubahan kabinet untuk memenuhi Tritura. Soekarno menyempurnakan Kabinet
Dwikora menjadi Kabinet Dwikora yang disempurnakan (Kabinet Seratus Menteri),
tetapi hal ini masih tidak memuaskan hati rakyat.
24
Februari 1966 – Saat pelantikan kabinet,
mahasiswa, pelajar, dan para pemuda memenuhi jalan menuju Istana Merdeka,
Jakarta. Aksi itu dihadang oleh Pasukan Cakrabirawa, dan akhirnya terjadi
bentrokan yang menewaskan seorang mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief
Rahman Hakim. Atas insiden ini, A.R. Hakim diberi gelar Pahlawan Ampera (Amanat
Penderitaan Rakyat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar